Hari Ini

I’m a loner, and ‘some’ of my cats ( Part II )

Update Tuesday, November 25, 2014 at 11:50 PM . Dalam topik All About Neko , Cats , Cats Story

Neko

Bukannya aku main-main waktu kuliah, atau sekedar memilih jurusan di perguruan tinggi. Karena suatu alasan, aku ngambil jurusan ini, Ilmu Perpustakaan. Banyak orang yang bertanya jurusan apa ini? That must be stupid person chose that major. Well, i don’t think i’m dumb like a troll or stupid like an idiot. SD, SMP, SMA aku selalu 10 besar. Beberapa tahun di kelas unggulan, dan IPA. Memang karena ada alasan sampai aku harus memilih jurusan ini. Thats my another things, and i’ll keep it.
Dari kecil aku memang hobi menulis, diawali diary tulisan-tulisan gak penting, whatever. Apalagi hobi membacaku yang rata-rata novel dan komik, dari SD bacaan ku udah serial Lima Sekawan, serial STOP-nya Enid Blyton, serial Goosebumbs. Dari novel-novel yang kubaca, jadi mulai suka nulis. Berlanjut hingga sekarang, tidak ada satupun yang dipblikasikan, just my hobby.
Suatu hari aku bertemu teman lama waktu masih bimbingan persiapan perguruan tinggi. Dia iseng buka-buka laptop aku dan baca beberapa cerpen dan beberapa novel yang belum jadi. Tulisan-tulisan itu aku tulis kalau aku lagi jenuh, namanya juga hobi. Well, aku senang menghayal, hehehe. Khayalan-khayalan itu sering aku tuangkan ke tulisan-tulisanku. Hobiku yang satu ini hanya aku saja yang tahu, paling ada satu cerpen yang aku publikasikan di blog hanya sekedar untuk tugas kampus, aplikasi web.
Dia yang paling semangat baca hampir semua tulisan-tulisan di laptop. Tiap ketemu pasti minta laptop, dibaca. Karena dia kuliah sampai disebrang pulau, dia harus balik setelah liburan beberapa hari di Medan. Sebelum balik, dia ngasih aku satu novel.
Sampai di kostan, dahiku nyerngit senyerngit-nyerngitnya, mulutku mangap semangap-mangapnya, bukannya sok profesional atau apa, isinya lumayan sampah. Dari segi cerita bener-bener gak keren, itu pandanganku sebagai pembaca biasa. Sampai bab tiga, aku nyerah gak mau baca novel itu lagi. Selain bosen, entahlah gak ada isinya. Aku langsung SMS temen aku, kenapa dia kasih novel yang kayak begini ke aku. Buang-buang duit!! Bukannya balas SMS, dia langsung nelfon aku. Aku ngomel sedemikian rupa, dia jawabnya simpel.

‘Aku juga ngerasa sampah isi novelnya, nyeselnya pas udah beli memang berasa buang-buang duit! Tapi cerita sampah kayak begitu aja diterbitkan, Wik! Cerpen mu bagus-bagus, aku suka fan fictionmu tentang Suju!! Ceritanya beda, bukan sekedar cerita, bahkan bisa difilmkan sangking bagusnya!!

Waktu itu lagi demam KPOP memang, maklum semester awal, alay labil! Aku mendengus, ini anak mikirnya apa sih! Aku nggak seconfident itu. Banyak nulis, aku belum pernah nunjukin ke siapapun tulisan aku, paling ke Tria Sasi karena pas tugas web, aku nulis cerpen yang ada merekanya. Temen aku itu juga taunya karena kebetulan ngotak-atik laptop. Saat itu aku belum ada niat untuk nerbitkan tulisan-tulisanku.
Menjelang wisuda, temen kampus mulai puyeng susahnya nyari kerja karena jurusan yang kami ambil. Mau gak mau aku jadi mikir! Benar juga. Jurusanku agak susah nyari kerja, nggak ada salahnya kan? Apa aku jadi penulis aja? Waktu SMP ada Ibu guru yang selalu muji aku kalau tugasnya udah buat cerpen, pujiannya terngiang-ngiang sampai sekarang. Waktu itu dia bilang, aku bisa jadi penulis. Aku teringat lagi, dari banyak nya cita-cita SD, menjadi penulis pernah numpang lewat. Dari pelukis, psikolog, guru. Aku pernah punya cita-cita jadi penulis.
Disela-sela tugas akhir, aku fokus nerusin nulis fanfiction Suju aku. Sudah hampir 50% selesai. Ada masanya aku nyerah karena terlalu fokus ke tulisan, akhirnya begitu wisuda aku mulai nyoba ngelamar sana sini. Hasilnya nihil, dengan jurusan yang aku pegang, banyak orang sepele dan gajinya pun agak gigit jari. Kemudian abang aku nomor dua, bg Indra, yang tahu hobiku ngasih buku yang isinya peluang menjadi penulis. Semangatku timbul lagi. Novel fanfiction aku terusin lagi, nulisnya kadang di temenin Lulu.
Sebulan lebih setelah Lulu mati, aku yakin buat ngirim novel ku ke salah satu penerbit di Indonesia. Selang Lulu nggak ada aku sering ngayal punya kucing. Dia tidur di pangkuanku, aku ngelus-ngelus dia sambil nulis. Hal yang gak pernah aku lakuin waktu Lulu masih hidup. Apalagi aku nonton film Jepang ‘Kimi To Boku’, kisah seorang mangaka dan kucingnya. Kepinginnya kucing makin menjadi, hampir tiap malam aku mimpi punya kucing. Dan kucing yang sama, warnanya selalu oranye persis bayinya Lulu, yang mirip Bapaknya.
Apalagi Zikri kadang masih sering nyinggung kucing, terus temen SMA kak Dini agak sering posting foto-foto kucingnya di FB. Banyak kucingnya, yang ras ada, yang kampung juga ada. Setelah di tanya dia punya 20 ekor kucing!! What??? Itu banyak sekali!!!! Niat punya makin menggebu-gebu, kucingnya kak Dini lucu-lucu.
Kamis, 4 September 2014, maghrib-maghrib bg Indra yang kuyup karena kehujanan bawak kotak kecil, isinya anak kucing warna orange!!!! Ya Allah, ini kucing yang selalu ada dimimpi. Kata bg Indra si kucing di tengah jalan, yang hampir ke tabrak motor, mobil, nggak ada yang mau ngambil. Hingga bg Indra dan istrinya inisiatif nyelamatin si kucing dan bawak ke rumah karena tahu aku suka kucing.
Aku yang waktu itu belum berani nyentuh si kucing yang ngeong-ngeong kenceng gak berhenti langsung ngambil kain bekas terus nyelimutin si kucing. Aku ngambil akuarium ikan yang udah gak dipakai, aku masukin kain bekas dan si kucing ke dalam. Ngeongnya kucing makin menjadi, akuraiumnya kacanya lumayan tebal dia pasti kedinginan. Aku lari ke luar, pinjam kereta bg Indra. Hujan-hujan aku terobos, lari ke indomaret beli susu cair anak-anak terus ke rumah makan sepupu minta kardus.
Sampai rumah, aku masukin si kucing ke dalam kotak, mindahin susu yang dibeli tadi ke botol susu ponakan dan aku hangatkan di badan. Buat apa? Aku baca di komik Detektif Conan kalau mau kasih anak kucing susu, harus dihangatkan dulu dengan suhu tubuh manusia. Setelah agak beberapa hangat, aku kasih susunya ke anak kucing. Dia cuman minum sesendok teh, terus gak mau minum lagi. Ngeong-ngeong lagi. Aku panik, nangisnya si kucing men-jleb kan jantungku. Badannya agak basah, karena kena hujan.
Aku langsung BBM ke orang-orang yang mungkin tau pertolongan pertama. Kak Dini, kucingnya 20. Zikri, bapaknya kucing. Kak Sukma, pernah liat dia upload foto di FB anak kucing yang dia pungut. Selain orang-orang ini gak ada yang bisa diharap. Tria, emaknya kucing?? BBM nya jarang aktif, lagi sibuk pelatihan dia.
Aku langsung kirim pesan yang isinya kurang lebih sama ke tiga orang yang aku yakin tau jawabannya.






Agak lama nunggu balasan, Zikri yang pertama balas.


Aku nya bingung, jawaban Zikri hampir udah kulakuin semua, aku sempat kasih ikan goreng dia gak mau juga. Tapi dia gak berhenti ngeong. Panik, aku browsing di HP. Ya ampun, artikelnya sadis-sadis. Selalu kalau kucing yang dipungut dalam keadaan basah, dan sekecil itu yang taksirannya paling dua bulan gak akan bertahan hidup. Hampir semua artikel begitu!! Aku makin panik.
Di internet belum nemu jawaban, aku jadi ngubek-ngubek koleksi komik Conan yang jumlahnya 77 biji. Inget-inget itu kasus yang mana ada anak kucingnya. Kalau gak salah, itu setelah vol. 42 ketika Vermouth yang nyamar jadi dr. Araide ketahuan. Artinya diatas vol. 42, karena kasus susu kucing ada di volume dr. Araide yang asli muncul lagi.
Nah lho????
Iklan ini iklan, abaikan aja abaikan.
Iya abaikan!!!
Nggak jauh-jauh memang, kasusnya nemu di vol. 49. Bolak-balik, aku langsung ngutuk cerobohnya aku. Jadi kira-kira penjelasan si Conan tu gini.

“Kucing tidak punya enzim untuk mengurai laktosa. Air susu yang terdapat pada sapi, yang herbivora punya nilai gizi yang berbeda dengan air susu kucing yang karnivora, kalau susu sapi langsung diberikan begitu saja ke anak kucing, bisa berbahaya untuk kucing. Karena itu susu bubuk manusia dicairkan, kemudian dihangatkan 2 x lipat. Yang pertama dicairkan dengan air panas, kemudian hangatkan lagi ke tubuh manusia yang suhunya rata-rata 380C.”

Detektif Conan, Vol. 49 File 7, Jalan Rahasia Menuju Sekolah-2

Cerobohnya itu, karena aku nggak kasih si kucing dengan susu bubuk. Aku langsung kasih susu cair yang biasa di minum ama ponakan. Mau di hangatkan ke tubuh aku semalaman juga nihil. Hanya dihangatkan 1 x aja. Mana bisa kucingnya. Lagi sebel-sebelnya sama diri sendiri, kak Dini akhirnya balas pesanku. Jawabannya singkat, padat, jelas bermanfaat!!

Lampu yang bisa dipakai di rumah hanya lampu hias akuarium. Tanpa pikir panjang dan permisi ke tuan-tuan ikan, aku maling lampu mereka. Setelah dielap kering lampunya, aku taruh ke dalam kotak di bawah salah satu tumpukan kain. Kucingnya kututup berlapis-lapis kain, dia malah makin ngeong gak mau ditutupin berusaha naik keluar kotak. Gak lama dia mondar-mandir di sekitar lampu, mungkin udah ngerasa hangat. Terus diem.
Aku langsung lari ke dapur rebus ikan yang memang kebetulan ada. Dihancurin seperti kata bu Dini, langsung balik ke kamar kasih ke kucing. Alhamdulillah dia mau, tapi sayangnya cuman dikit. Tapi udah gak ngeong-ngeong lagi. Dia terus diem rebahan di atas lampu, lama-lama matanya sayu terus tidur!! Aku lega, kak Dini memang hebat!!!


Setelah itu aku ambil HP lagi, browsing adopsi anak kucing yang baik dan benar. Dapet beberapa ilmu tentang makanannya, susunya, kebersihannya. Tiba masalah kesehatan, aku lemes. Di Berastagi kota kecil ini, jangankan Vet, Pet Shop aja nggak ada. Buka-buka Map di Medan ada, aku langsung hubungi kakak aku yang umur kami gak jauh beda, kak Ikke. Dia masih kuliah di Medan. Minta tolong sama kak Ikke akhirnya. Setelah aku certain kisahnya Neko, dia agak antusias. Jadinya aku minta tolong beliin susu ama makanannya. Setelah cerita sana sini akhirnya kita mutusin buat ngasih nama si kucing.
Kak Ikke usul ngasih nama ‘Yinda’, what?? Nama apa itu?? Alasannya karena bg Indra yang nemu. Jadi kira-kira artinya ‘Yang Nemuin Indra’. Gubrakkk!!! Sumpah itu nama jelek abis. Ini memang beneran menghina, aku sendiri gak minta maaf sama kak Ikke. Hahaha... akhirnya mikir-mikir aku suka Jepang. Karena aku lumayan penikmat komik-komik Jepang dan Animenya, but no-hentai i swear! Walaupun begitu, i’m not an otaku either.
Jadi aku mau kasih nama si kucing Conan, my favourite comic serial. Tapi kak Ikke gak mau, jelek katanya. Aku mendengus, daripada Yinda coba?? Akhirnya dia usul, bahasa Jepang nya kucing. Aku langsung nyari di kamus online, kucing Jepangnya Neko, cute isn’it? Mpok Ikke kurang sreg, coba bahasa Korea katanya. Yah, boljug lah, toh i’m a fan of KPOP juga... cari di kamus korea online lagi, bahasa Koreanya kucing ‘goyang-i’. Ini ngajak gadoh namanya. Kak Ikke malah ketawa dengernya, akhirnya kita mutusin buat ngasih nama si anak kucing Neko.

Welcome aboard Neko!!





Perkiraan umur Neko dua bulan. Karena Neko ditemuin tanggal 4 September, aku tetapin ulang tahunnya 4 Agustus, mundur dua bulan dari perkiraan umur Neko. Jadi Sekarang di kalender HP dan kalender di meja aku nambah dua peringatan lagi.

4 Agustus 2014, Neko faces the world.
4 September 2014, the day i met Neko.

Ketika aku nulis peringatan tanggal Neko di kalender meja, agak ada rasa puas dan lega. Karena aku nggak terlalu suka bulan September. Kenapa?? The asshole that i hate the most was born on that months, stupid huh?? Tapi begitulah, i’m a yeoja rite?? Hehehe
Oh iya ada yang nanya jawaban orang ketiga yang kuminta tolong tentang pertolongan pertama Neko, kak Sukma? Lebih baik kita abaikan saja dia. Kenapa? Haahh, read this!

Hari-hari selanjutnya aku ngurus Neko. Alhamdulillah Ibu dan Bapak gak ngelarang Neko tidur di kamarku, di dalam kotak. Aku berasa jadi Ibu, hahahaha. Soalnya tiap malam Neko bangun minum susu. Oh iya akhirnya aku beliin susu untuk Neko. Karena kak Ikke pulang ke rumah masih lama, jadi aku tanyak ke Kak Dini susu apa yang bisa di kasih. Kata kak Dini susu SGM LMM, aku nyari seantero Berastagi susunya gak ada, akhirnya kata kak Dini beli SGM Ananda 0-6 bulan.
Dengan ajaran kak Dini dan sedikit ilmu dari Aoyama Gosho mangaka Detektif Conan tentang susu yang dipanaskan 2x lipat, Neko lahap minum susunya. Badannya juga mulai berisi. Aku dapat info di internet lagi, kalau anak kucing itu sehari makannya banyak. Jadi untuk ngimbangi susu formula bukan asi, aku tetap kasih bubur ikan sebagai manakanan tambahannya.
Ada Neko aku sedikit berubah. Perubahan yang paling besar adalah aku jadi rajin bangun pagi. Neko bangunnya pagi sekali, jam 5-an. Subuh jadi gak ketinggalan lagi. Abis subuh aku gak mau tidur lagi karena terus mantau Neko. Bukan mantau kesehatannya tapi buang air nya. Soalnya aku udah sukses diompolin 2 x dan dia sukses 3 x pipis di ruang TV dan dapur. Neko sehari tidur bisa 5-6 x. Namanya juga masih bayi kan. Jadi tiap dia bangun tidur, langsung di bawak ke kamar mandi. Awalnya tentu saja ngeong-ngeong gak mau. Lagi-lagi dapet info dari googling, kalau nau ngajarin kucing buang air di kamar mandi siram anus nya dengan air. Sukses dia pipis di kamar mandi, lama-lama kalau di bawak ke kamar mandi dia langsung pipis.
Aman.
But, i had another problem. Selama dua hari Neko di rumah dia belum ada pup, nyari info di internet belum ada yang berhasil buat dia pup. Akhirnya tanya ke expert kak Dini. Menurut kak Dini, kalau anak kucing yang gak pup lebih dari sehari biasa induknya bakal jilat-jilat anusnya biar ngerangsang dia pup. Berhubung karena sekarang aku adalah ‘induknya’, jadi tiap ada kesempatan aku ngusap-ngusap anus Neko pakai tissue. Dari sore sampai malam tiap Neko lagi ku pangku aku selalu ngusap anusnya. Namanya juga kak Dini, paginya waktu main di luar berjemur matahari Neko sukses pup.
Beberapa hari Neko di rumah, penyakit lamaku belum berani nyentuh kucing masih berlaku ke Neko. Aku masih pakai kain jika memegang Neko. Tapi kalau sekedar ngelus kepalanya, aku sudah berani. Yeay!! Tapi perlahan-lahan aku udah berani megang Neko tanpa ‘tameng’ apapun. Udah gendong Neko, peluk Neko, kissing Neko, hehehe. Udah berani. Akan tetapi, ada satu hal yang aku lupa. Neko kucing liar kan, waktu lagi mangku dia, keliatan beberapa kutu berjalan.
Pesanan ke kak Ikke dari susu dan makanan bertambah jadi obat kutu. Akhirnya selagi dia senggang, (lagi nyusun skripsi dia) kak Ikke nyempetin beli makanan, susu, dan obat kutu. Aku sempet tanya ke kak dini makanan apa yang bisa untuk Neko. Kak Dini nyaranin Whis**as Junior karena kantongku gak setebal anak konglomerat. Pas kak Ikke pergi ke pet shop terdekat, Whis**as Juniornya kosong, susunya juga gak ada. Dia malah beli yang untuk dewasa, untungnya kemasan sachet yang kecil, harganya RP. 5000, 2 biji. Kalau langsung yang sekilo, sayang duitnya dong. Kan di kasih ke Neko gak bisa. Berhubung obat kutunya juga kosong, akhirnya beli shampoo khusus kucing aja. Kata kak Dini kalau obat kutu gak ada bisa di kasih VCO minyak oil kelapa. Di kota sekecil ini aku nyari dimanapun gak ada. Akhirnya kak Dini saran shampoo juga bisa. Makanan Neko yang gak ada, aku langsung minta kirim ke kak Dini yang ada di Padang.
2 minggu Neko dirumah, kak Ikke akhirnya pulang bawak shampoo dan hair dryer yang sudah ‘dipaksa’ bawak. Udah ada shampoo, paginya aku mulai mandiin Neko. Percobaan pertama berhasil, Neko mau dimandiin. Memang agak rewel, tapi tidak terlalu rewel. Neko jadi bersih plus wangi. Setiap sudut badannya udah di bersihin, abis belajar yang lagi-lagi di internet. Neko jadi wangi semerbak harum dimana-mana. Abis mandi dia langsung tidur sampai sore gak bangun-bangun.





Wangi badan Neko tahan sampai besoknya, tiap detik dia kuciumin aja. Hahh, that moment. Siangnya pas Neko bangun tidur, aku yang punya hobi nyiumin Neko agak nyerngit. Dia bauk pesing, hampir di sekujur tubuhnya bau pesing. Kucium de dalam kotak, bau pesing juga. Ku sentuh kain yang di kotak nggak ada yang basah, tapi begitu si kotak di angkat ada genangan air. Kain yang di kotak udah kering mungkin karena panasnya lampu. Artinya pipis pas lagi tidur, dan dia gak nyadar. Neko ngompol!!! Kontan aku ketawa. Thats extremely cute and adorable. What do you think??
Oh iya cerita ngompol, Neko gak pernah lagi pipis sembarangan. Dan dia udah pinter kalau buang air ke kamar mandi, sendiri!! Uwaaahh senengnya. Cumaaaannn.... aku yang waktu itu kebelet begitu masuk kamar mandi ada ‘tung’ di atas lantai, urusan dadakan akhirnya kutunda dulu buat nyikat-nyikat kamar mandi. Anyway, i’m proud of him, love him more and more.

Rasanya seneeng ada Neko. Pertumbuhannya juga cepat, sampai kadang kangen suara ngeong dia yang kecil imut-imut pas malam minta makan dari dalam kotak. Atau fotonya pas masih imut kurang banyak. Akun instagram yang jarang kugunakan, penuh postingan foto-foto Neko.
Dengan tubuhnya yang membesar, Neko gak mau lagi tidur di dalam kotak. Tiap malam ngeong-ngeong mau naik ke atas tempat tidur. Awalnya kupikir dia laper atau haus. Ini udah di kasih susu ama makan tetep aja ngeong.
Aku yang waktu itu udah ngantuk berat, jadi gak ngantuk lagi karena lucu liat Neko berusaha manjat tempat tidur. Waktu itu dia belum pinter manjat. Di luar dugaan, tidur bareng sama Neko itu really lovely. Neko tidak hanya tidur di sebelahku, tapi harus ‘menyentuh’ tubuhku. Pokoknya Neko tidur di lengan, kaki, perut, pinggang, pundak, leher, kepala. Semua dijelajahi sama dia. Sebelum tidur dia ngejilatin tangan, wajah dan rambut aku. Love it!!
But, ada pros and cons kan?? Selain pros yang lovely-lovely itu,ada cons yang agak-agak susah. Pertama, kalau dia udah tidur di atas badan aku, jadi susah gerak, berat Neko juga lumayan. Kedua, kalau udah tidur di leher, acemana saya mau tidur??? Ketiga, sebenarnya kalau Neko purring gak masalah kan?? Kitanya seneng dia nyaman. Tapi kalau dia tidur di sekitar kepala, di leher atau wajah aku, dia purring terus mataku terjaga sedemikian rupa. Haahh that moment...
Mimpi-mimpiku kalau nulis ada kucing di pangkuanku menjadi kenyataan. Sayangnya mimpi gak jelasin rasanya Neko yang tidur di pangkuanku bakal buat kaki pegel dan mati rasa. Kalau Neko udah nyenyak tidur di pangkuanku dengan berbagai gaya, and i don't dare to move my numb leg.





Kadang dia bantuin ngetik di laptop juga sampai ketiduran. Bukan mak nya aja yang kerja keras sampai tidur, ‘anak’ nya juga. Apalagi kalau setel Say Something-nya A Great Big World. Ngantuk berat dia. Haahhh that moment.
Yang namanya punya kucing gak mungkin mulus-mulus aja kan? Sebulan lebih ngurus Neko, tepat tanggal 24 Oktober, paginya Neko muntah plus mencret. Muntahnya lumayan banyak. Dia sampai lemes. Neko diare. Browsing internet lagi cara ngobatinnya gimana, tanya ke kak Dini juga. Jawabannya hampir sama puasain kucing selama kurang lebih 12 jam. Tapi tetap di kasih minum. Neko tiap minum mencret tiap minum mencret. Aku nangis. Mataku udah bengkak sedemikian rupa. Di Berastagi gak ada Vet, dokter mana yang mau di datangi. Aku seeediiih minta ampun. Neko yang lagi diam di pelukanku, ngeliatin aku nangis. Dia kucing kan? Aku gak tau apa yang dia rasain. Aku nangis terus sampai dia tertidur dipelukanku.
Tapi Neko harus sembuh kan? Kalau gak ada Vet aku harus usaha yang lain. Nyari lagi di internet solusi. Alhamdulillah akhirnya dapet artikel buat kucing sakit dan tuannya yang tinggal di antah berantah. Kalau Vet nggak ada, bisa di kasih VCO. Berastagi kotaku yang indah terpencil ini VCO pun gak ada, untungnya sang author article gave another solution, with tempe. Setelah puasa seharian, buka puasanya aku bikinin rebusan ikan di campur tempe. Jadi fungsi raginya tempe bakal ngalahin bakteri-bakteri jahat di perut Neko. Sebelum penyakitnya parah, tempe layak di coba. Besoknya efek tempe mulai terlihat, kotoran Neko masih mencret, tapi gak sekuning hari sebelumnya. Kotorannya juga mulai padat, baunya juga tidak terlalu menyengat. Besoknya Neko sembuh total, udah gak lemes, gak tidur seharian. Udah mulai main, dan kembali gigit dan ngejar kaki siapa aja yang lewat.
Pengalaman dari Neko sakit agak ‘terotak’ kata anak Medan. Aku belajar dari internet dan kak Dini lagi. Neko kan bersih, dari tempat makanannya and kebersihan badannya juga dijaga. Walaupun dia abis main di luar, selalu di bersihin pakai tissue basah yang udah di campur air hangat. Menurut pendapat kak Dini dan googling, itu mungkin dai makanannya yang murahan, hiks!! Atau dari virus di lingkungannya.
Belakangan itu Neko ketemu sama dua anak kucing liar tetangga. Kandang ayam di belakang rumah ada yang nempatin, dua anak kucing dengan induknya. Bisa jadi Neko ketular virus apa gitu dari mereka. Makannya kan gak bersih, dibandingin dua anak kucing yang masih punya induk jelas mereka lebih sehat karena ASI. Lha Neko? SGM... haahhh. Sedih memang kantong terlalu tipis.
Tapi biasanya google punya saran kan? Setelah nyari sana sini akhirnya aku mutusin, makanan Neko aku buat sendiri alias Raw Food. Lebih sehat dan terjaga. Selain itu di Berastagi yang antah berantah bahan-bahannya pasti ada. Kebetulan aku dapet resep buat Raw Food yang gampang. Bahannya daging ayam, hati ayam, jantung ayam, ampelo ayam, kuning telur di campur jadi satu terus di freezer selama seminggu. Campuran lain, Vit E dari Nature E.
Sekali buat bisa untuk beberapa hari. Aku yang berkantong tipis di untungkan dengan usaha Bapak setelah pensiun, buka ayam potong kecil-kecilan. Maksudnya? Bapak hanya memasok ayam potong untuk ‘rumah makan’ sepupu, tidak di pasar. Di rumah saja. Keuntunganku bukan dari daging ayamnya. Daging ayamnya kubeli di warung dekat rumah. Biasanya hanya 1 bagian dada saja. Harganya bisa Rp. 8000 – Rp. 12.000, nah keuntungan yang di maksud adalah sekali buat Raw Food ini, aku ngemis beberapa hati ayam, jantung ayam dan ampelo ayam. Cerdas!! Raw Food jadi makanan pokok Neko, Whis**as hanya sekedar aja. Hasilnya nafsu makan Neko bertambah, dia juga tambah sehat.
Beberapa hari kemudian aku dapet berita dari kak Dini, kucing kak Dini mati 2 ekor karena penyakit kuning. Kasihan, kak Dini pasti sedih kan?? Aku Bbm-an sama kak Dini berusaha nyemangatin. Neko yang sakit segitu aja aku nangisnya sedemikian rupa. Malamnya Neko kubentak karena gigit tanganku agak kencang, ujungnya dia gak mau tidur bareng. Malah milih tidur di kotak yang udah ku rombak jadi mainannya.
Selain makanannya psikis kucing juga kuperhatiin. Dari model mainannya yang harus bisa di gigit dan di tendang-tendang, terus tempat persembunyiannya kubuat dari kotak ala kadarnya, juga tempat dia garuk-garuk dan manjat.
 Tiba-tiba aku teringat kucing kak Dini yang mati. Aku nangis. Karena gak mau denger orang rumah yang kebetulan masih nonton di ruang TV di sebelah kamarku, suara tangisku ku tahan. Rasanya malah makin sesak. Sayangnya bukan karena pernah ngerasain karena dulu Lulu pernah mati, bahkan sampai sekarang aku belum mau deket kuburan Lulu. Nggak tau kenapa, aku gak mampu. Aku nangis karena memang aku gak tau kenapa.Jadi karena malam itu Neko masih merajuk karena ku bentak, akunya yang malah gak bisa tidur karena Neko gak ada di samping. Akhirnya aku turun dari tempat tidur, sambil tiduran telungkup di bawah, aku membujuk Neko biar keluar dari dalam kotak. Dia masih ogah, sambil terus kubujuk ngelus-ngelus kakinya.
Neko yang liatin aku nangis sampai terisak-isak yang tadinya udah ngantuk, matanya terbuka lebar dan diam. Neko diam aja, ketika tanganku masih ngelus-ngelus kakinya. Karena tangis aku makin menjadi dan air mataku agak membanjiri, aku nggak ngelus kaki Neko melainkan ngelap air mataku. Tangisku makin tak terkendali, aku bahkan belum ngeh nangisnya kenapa.
Tangan yang tadinya ngelus Neko, kubiarkan begitu saja di depan lubang kotak Neko. Neko yang tadinya kepalanya terkulai kemudian tegak. Tiba-tiba meletakkan kedua kaki depannya di atas punggung tanganku. Seperti berusaha menenangkan. Neko belum memindahkan kakinya sama sekali dari punggung tanganku. Sayangnya aku malah tambah nangis, dadaku sesak. Entah karena posisiku yang telungkup atau karena tangisku yang semakin menjadi.
Karena dadaku tambah sesak, aku naik ke tempat tidur meninggalkan Neko dan berusaha menenangkan diri. Tarik nafas kesekian kali, tangisku agak mereda dan berhenti. Aku berusaha untuk memejamkan mata. Sedetik kemudian, aku mendengar Neko mengeong lirih. Kubuka mataku dan kulihat Neko sudah naik ke sisi tempat tidur. Neko langsung ku angkat dan kupeluk posisi menyamping.
Karena memeluk Neko, air mata yang harusnya sudah berhenti mengalir lagi. Aku nangis lagi, tapi tidak sampai terisak-isak. Neko menunjukkan kehangatannya sekali lagi, dia menyentuh pipiku. Tentu saja air mataku mengalir ke kakinya. Dan dia tidak bergeming, padahal air sudah menyentuhnya. Aku tertawa melihat tingkah Neko dan merasa kuat. Aku mengusap air mataku, berusaha untuk tidak menangis lagi dan membelai kepala Neko. Neko purring, sesekali air mataku masih menetes ke kakinya yang ada di pipiku, Neko masih purring. Setelah air mataku berhenti total, Neko berhenti purring, hanya nafasnya yang bisa kudengar. Neko akhirnya tidur.
Aku ikut memejamkan mataku. Neko is an animal right? And it’s like he knew i was sad. He comforted me in that way. So tell me how can i avoid to not love him more??? He was just a cat??? But he has a warm heart. He’s not olaf, he is Neko. My Neko. Haahh that moment.
Saat itu aku sama sekali tidak teringat Lulu, tapi begitu menulis bagian ini detik ini aku baru teringat Lulu. Ketika aku menangis melihat Lulu di kandang ayam kedinginan dengan satu anaknya yang sudah mati, Lulu juga mengahampirikukan? Mengelus kepalanya di kakiku. Sekarang aku ingat she was trying to make me calm too, like the way that Neko did to me. Walaupun aku nggak terlalu dekat dengannya dibandingkan Neko. But she knew i was crying and not feeling good. Kenapa malah baru sekarang teringatnya?? Kenapa gak ingat malam itu ketika Neko nenangin Neko. I’m horrible human i guess.  Mungkin besok aku bisa ngunjungi kuburan Lulu.
Waktu itu Neko pernah hampir di bawak lari seseorang yang lewat di depan rumah. Untungnya ketahuan. Karena itu aku minta tolong kak Ikke lagi buat beliin kalungnya, biar agak aman. Sekalian obat cacingnya biar tambah sehat.  Sedihnya setelah kalungnya di beli, kalungnya malah kebesaran. Kata kak Ikke itu udah kalung yang paling kecil. Kalau kalung itu di pasang ke leher Neko, Neko sering kecekik, karena kalungnya sering nyangkut di mulutnya. Kasian kan?? Karena kalau udah nyangkut dimulutnya, Neko sering megap-megap. Bayangin aja mulut kalian di sekap dengan kain yang diikat ke belakang kepala, agak nyesekkan?
Karena gak tega Neko dua kali tersedak, akhirnya kalungnya gak di pakai. Tapi tiap Neko main di depan rumah selalu aku awasin mana tau ada yang mau nyulik dia lagi. Abis dia udah jinak sih! Udah bergaul dengan manusia di rumah, belum tamu-tamu yang datang. Di gendong dengan siapa aja mau. Dia lebih berani karena dia jantan kan?
Karena pernah ‘dekat’ dengan Lulu yang betina, memang terlihat jelas perbedaan sifat kucing betina dan jantan. Lulu dulu hanya sama aku aja mau di elus, terus maunya di eluuuss aja. Kalau yang lain mendekat, Lulu langsung lari. Dibandingkan Neko dia ramah ke siapa aja. Di elus siapa aja boleh, di gendong siapa aja mau. Betina lebih pemalu dan manja, jantan memang manja tapi lebih berani.
Malam itu, 14 November 2014, Neko sebenarnya udah ngantuk dan mau tidur. Dia udah lelah seharian main sama anak tetangga, barusan makan juga. Jatah malam memang sengaja aku banyakin porsinya. Awalnya Neko tidur di dalam kotak mainannya. Saat itu, aku dan kak Ikke sedang nonton film di laptop di atas tempat tidur menggunakan headset. Jadi yang awalnya Neko sudah mau tidur, mungkin dia tertarik dengan headset yang kami pakai, kemudian dia naik ke tempat tidur, nakalnya kambuh! Dia nerkam headset, kak Ikke langsung jerit. Neko pikikr malah kak Ikke ngajak main, dia malah nerkam kak ikke gigit tangannya.
Anak kucing memang mainnya kayak gitu kan? Sekiranya digigit pun dia hanya becanda aja, kalau aku pribadi sekiranya Neko main sambil gigit-gigit tangan masih bisa kutahan karena memang tidak terlalu sakit. Tapi bagi kak ikke itu udah jadi ancaman, dia ketakutan. Udah berkali-kali kularang Neko dengan bilang ‘jangan!’ tapi Neko gak nurut.
Akhirnya aku membentaknya dan menurunkannya dari tempat tidur. Main di luar sana!!! Neko selalu tahu kalau aku lagi marah dengannya, biasanya kalau sudah dimarahi dia langsung masuk ke dalam kotaknya, ini malah ke luar kamar. Tidurnya di bawah tempat tidur yang banyak baju bekasnya di dekat dapur. Jadi aku biarin aja dia keluar kamar.
Setelah aku dan kak Ikke selesai nonton, maksudnya mau bujuk Neko lagi biar ke kamar. Dicari ketempat biasa dia tidur di kamar dekat dapur dia nggak ada. Ku cari seantero rumah juga gak ada. Aku sempat keliling rumah, manggil namanya juga gak ada. Kata abg ipar yang kebetulan lagi telfonan di luar rumah, dia ngeliat Neko ngikutin kucing besar, si garong, pacarnya Lulu. Akhirnya aku nunggu sampai kira-kira jam 11 malam. Kata Bapak biar Bapak aja yang nunggu, pintu masih dibuka sekiranya dia pulang.
Malam itu aku gak bisa tidur sama sekali. Khawatir Neko kenapa-napa. Paginya aku bangun Neko gak ada juga, aku tanya ke Bapak, kata Bapak sampai jam 2 ditunggu, Neko gak pulang juga. Aku nangis, Neko gak pulang. Pagi itu juga aku dan kak Ikke nyari sekitar gang, semua tetangga kita tanyain. Tapi gak ada satupun yang ngeliat Neko.
Neko gak ada tanda-tanda. Si garong malah keliatan paginya udah jalan-jalan sekitar rumah, Neko?? Nihil.selama mencari aku selalu perhatiin sisi jalan, mana tahu Neko ketabrak atau gimana, jadi body nya ada. Alhamdulillah ‘body’ nya gak ada dimana-mana. paling gak harapan terkecil, Neko masih hidup.
Aku langsung hubungi kak Dini, kata kak Dini kucing kadang mau jalan-jalan keluar rumah. Biasanya bakal pulang. Nyatanya aku nunggu sampai seminggu Neko beneran gak balik. Rasanya sakkiiiiit. Aku nangis tiap hari inget Neko, liat mainannya, liat kotak tempat biasa di istirahat, liat tempat makanannya. Apalagi kalau udah mau tidur, dari semua kucing yang pernah aku tangisi, Neko yang paling parah. Mungkin karena aku benar-benar ngerawat Neko. Putus dari pacar dulu tangisku gak separah ini, Neko pergi benar-benar kehilangan.
Tiap malam aku selalu mimpi Neko, kalau udah bangun aku nangis. Khawatir dengan dia. Di kotaku atau bahkanj di kota kalian juga, kucing kampung tidak terlalu di uruskan? Sekalipun memang miara kucing, jarang yang sampai tidur bareng, makannya dijaga, tempat tidurnya disediakan, kesehatannya, kasih obat cacing, vaksin. Kenapa? He’s just ginger cat, kucing kampung. Lain halnya dengan kucing ras lainnya. Kucing kampung lebih sering di telantarkan.
Seminggu nunggu, Neko gak pulang-pulang. Akhirnya aku yakin kalau dia di ambil orang. Setiap hari aku ngawasi dia biar gak di ambil orang lagi, ternyata di luar dugaan. Daerah rumahku sunyi. Siapa yang ngeliat Neko di gendong orang, sekalipun ada yang ngeliat mana mereka perduli. Aku kesal dengan diriku sendiri, rasanya marah besar. Kalung Neko yang kebesaran sebenarnya bisa diakali kan biar agak kecil?
Kalaupun memang dia di ambil orang, apa orang yang ngambil dia bener-bener ngerawat Neko like i did to him. Neko masih kecil, 4 bulan. Berastagi dingin, kalau dia tidur di luar gimana, kalau dia di kasih makan nasi gimana? ikan asin?? Perih kalau bayangin Neko di perlakukan seperti itu. Sakitnya luar biasa kehilangan. Mungkin karena i love him too much. Sangking sakitnya aku gak mau adopsi kucing lagi. Neko  baru 2 bulanan tinggal denganku. Apalagi kalau ada Neko yang lain yang aku adopsi terus tinggal bertahun-tahun dan dia mati. Kehilanganku mau separah apa lagi? Jujur aku takut kehilangan lagi.
Sampai detik ini, aku belum berani adopsi kucing lagi. Kucing kampung ada dimana-mana kan? Kalau mau aja, aku bisa keliling kota nyari anak kucing telantar. Sayangnya aku belum siap. Aku juga belum berani ngayal punya kucing yang nemenin nulis.


Not Yet!!


Mungkin sudah cukup aku nangis karena teringat Becky, nangis karena kucing yang di buang Bapak, nangis karena kematian Lulu, nangis karena Neko pergi dari rumah. That’s enough!! Merasakan kehilangan itu sakit! Stabbed me every part of my body, even my blood.  I can’t sleep, i can’t eat, i can’t do anything. I swear thats really hurt, when i saw his toys that i made, saw his food in the refrigerator, saw his blanket. Bahkan di selimutnya masih terasa khas baunya Neko.

Being with you for these couple months, was the greatest memory that i’d ever had. You changed me a lot. I hope whoever took you and adopted you will love and love you like the way i loved you. But that moment... my moment, our moment. Haaahhh i think, i love you too much Neko...

But, aku masih berharap Neko akan pulang suatu hari nanti. Kapanpun itu.

14 November 2014, i'm a loner without Neko.

25 November 2014
Dewi Carelsz





Tulis Komentar Kamu dibawah, pilih Name/URL atau pilih Anonymous.

1 Komentar untuk " I’m a loner, and ‘some’ of my cats ( Part II ) "
jual botol kaca asi said...

part III ditunggu

February 19, 2016 at 9:45 AM

Post a Comment

"Terima kasih sudah membaca blog saya, silakan tinggalkan komentar. Stay Positive"